Ia Menampar Dan Memeluk Anaknya Sembari Bersuara...Jangan Tumpahkan Air Matamu...!
Patriot NKRI - Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan.
Di dunia maya sedang ramai membahas polemik foto Pahlawan Nasional asal Aceh, Cut Nyak Dhien. Ada beberapa pihak yang mengatakan kalau foto Cut Nyak Dhien yang memakai konde merupakan konspirasi penjajah. Menurut mereka, foto asli Cut Nyak Dhien adalah sosok wanita yang menggunakan jilbab.
Namun, sebagian kelompok membantah analisis Cut Nyak Dhien. Mereka menyebut foto wanita berjilbab tersebut adalah istri dari Panglima Polim.
Baca Juga: [VIDEO VIRAL] Mantap Jiwa...! Bantu Korban Kecelakaan, Anggota TNI Ini Langsung Lepas Kaus
Dari polemik tersebut terdapat foto yang mengagumkan dan bersejarah. Foto menampilkan sosok Cut Nyak Dhien yang ditawan oleh Belanda. Foto bertahun 1905 itu tersimpan di KITLV, Leiden, Belanda.
Foto itu diambil oleh komandan marsose, atau pasukan khusus Belanda, Letnan van Vuren. Foto ini juga yang menginspirasi adegan dalam film Tjoe Nja' Dhien karya Eross Djarot yang memenangkan Piala Citra.
Cerita penangkapan itu berawal saat Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan masyarakat dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan. Sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Baca Juga: WOW...! Karena INDONESIA, Amerika KALAH Perang di Vietnam. Ternyata Ini RAHASIANYA...!
Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya.
"Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid, " kata Cut Nyak Dhien.
Cut Nyak Dhien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh.
Selain itu, Cut Nyak Dhien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan.
Baca Juga: Jalan Hidup Para Polisi TELADAN: Bripda Eka, Polwan CANTIK Yang Nyambi Jadi Tukang TAMBAL BAN
Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya. Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu.
Bertarung mati-matian
Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.
Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh.
Namun, Cut Nyak Dhien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua.
Baca Juga: Mengharukan...! Kisah WALI KOTA Paling JUJUR Se-Indonesia, Sampai BERHUTANG ke Anak Buah..
Sumber: merdeka.com
Post a Comment