KENALI GEJALA DEPRESI
Depresi adalah
salah satu gangguan kesehatan mental yang terjadi sedikitnya selama dua minggu
atau lebih yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan cara
menghadapi aktivitas sehari-hari. Ketika mengalami depresi kita akan merasa
sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas,
kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur, dan menyalahkan
diri sendiri.
Ketika mengalami depresi, suasana hati yang sedih bisa
berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Banyak orang yang menganggap depresi adalah sesuatu yang
sepele dan bisa hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya, depresi adalah
bentuk suatu penyakit yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara.
Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung.
Akibat depresi, kegiatan sehari-hari seperti bersekolah atau
bekerja menjadi tidak menyenangkan. Bahkan, untuk mempertahankan hubungan
dengan orang lain maupun keluarga sendiri terasa begitu berat. Depresi bisa
membuat Anda merasa hidup ini tidak ada gunanya, bahkan dapat memicu penderita
untuk melakukan bunuh diri.
Menurut catatan WHO, setidaknya 350 juta orang di seluruh
dunia mengalami depresi dan lebih dari 800 ribu orang meninggal bunuh diri akibat
depresi. Masih banyak penderita depresi yang tidak mengakui kondisi mereka,
sehingga tidak pernah ditangani atau setidaknya dibicarakan. Depresi lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.
Sedangkan di Indonesia sendiri, penyebab kematian akibat
depresi menduduki peringkat ke delapan dengan menyumbang 3 persen dari total
angka kematian.
Depresi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti
gangguan depresi persisten, depresi perinatal, gangguan bipolar, depresi mayor,
gangguan afektif musiman, depresi psikotik. Penjelasan lebih lanjut bisa Anda
lihat di laman gejala depresi.
Gejala yang Muncul
pada Penderita Depresi
Gejala dan juga pengaruh depresi berbeda-beda pada berbagai
orang. Berikut ini adalah beberapa gejala psikologis yang muncul akibat
depresi:
· Merasa bersedih secara berkepanjangan.
· Mudah merasa cemas.
· Merasa hidup tidak ada harapan.
· Mudah menangis.
· Merasa sangat bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya.
· Tidak percaya diri.
· Menjadi sangat sensitif atau mudah marah terhadap orang di sekitar.
· Tidak ada motivasi untuk melakukan apa pun.
· Berpikir atau mencoba bunuh diri.
Gejala fisik akibat
depresi:
· Gangguan pada pola tidur.
· Merasakan berbagai rasa sakit.
· Tidak berselera untuk melakukan hubungan seksual.
· Bergerak atau berbicara lebih lambat.
· Merasa tidak bisa beristirahat atau kesulitan untuk duduk diam.
Berat badan berubah.
· Sakit kepala.
· Mengalami kram.
· Gangguan pencernaan tanpa sebab fisik yang jelas.
Tanpa penanganan dan pengobatan yang tepat, depresi bisa
mengganggu hubungan dengan orang di sekitar Anda. Untuk depresi yang berat atau
parah, depresi bisa berakibat pada hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan
untuk bunuh diri.
Ketika merasakan beberapa gejala depresi yang dialami hampir
seharian dan berlangsung setiap hari selama dua minggu, segera temui dokter
agar proses pemulihan bisa dimulai dan dilakukan sepenuhnya.
Penyebab dan Faktor
Risiko Depresi
Tidak ada satu pun penyebab depresi secara spesifik. Depresi
terpicu oleh kombinasi beberapa faktor, yaitu genetik, biologis, lingkungan dan
faktor psikologis. Jika di dalam riwayat kesehatan keluarga Anda terdapat orang
yang menderita depresi, maka terdapat kecenderungan bagi Anda untuk
mengalaminya juga.
Beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya depresi antara
lain:
· Kehamilan dan/atau melahirkan.
· Masalah keuangan.
· Terisolasi secara sosial.
· Trauma masa kecil.
· Ketergantungan terhadap narkoba dan/atau alkohol.
Selain hal-hal di atas, beberapa kondisi medis yang
berlangsung lama dan mengancam hidup juga bisa memicu depresi pada
penderitanya, seperti penyakit jantung koroner, atau kanker. Kelenjar tiroid
yang kurang aktif, atau cedera kepala minor yang merusak kelenjar kecil basal
otak (pituitary gland) bisa menimbulkan beberapa gejala seperti sangat
kelelahan dan kehilangan libido, keadaan ini yang kemudian dapat menimbulkan
depresi.
Pengobatan pada
Depresi
Teknik pengobatan dan perawatan depresi sangat tergantung
kepada jenis dan penyebab dari depresi yang dialami. Terdapat berbagai jenis
obat antidepresan yang penggunaannya diresepkan oleh dokter, dan beberapa
penanganan yang bisa dilakukan sendiri.
Perubahan hidup seperti sering berolahraga dan mengurangi
konsumsi minuman beralkohol dapat memberikan keuntungan bagi penderita depresi.
Anda juga bisa bergabung dengan kelompok-kelompok terapi untuk berbagi cerita
dan saling memberi dukungan.
Akibat dari depresi yang paling parah adalah kecenderungan
untuk melakukan bunuh diri. Cobalah untuk selalu berbagi cerita kepada
orang-orang terdekat Anda tentang masalah yang sedang dihadapi. Penderita juga
sangat disarankan untuk menemui dokter, terutama jika depresi telah berlangsung
lama atau parah. Makin dini penanganan depresi, kemungkinan pemulihan secara
menyeluruh bisa didapatkan.
Merasa sedih dan depresi memang mirip, bahkan tanda atau
gejalanya hampir sama. Kesedihan adalah reaksi alami dan normal dari manusia
ketika kehilangan sesuatu atau sedang menghadapi masa-masa sulit. Reaksi
perasaan sedih yang normal bisa membaik seiring waktu, tapi pada kasus depresi,
penderita merasa sedih secara berkelanjutan atau bahkan memburuk.
Selain rasa sedih yang berkelanjutan, penderita depresi juga
merasa putus asa dan tidak bisa berpikir positif tentang masa depan. Depresi
akan berdampak kepada produktivitas penderitanya, dan kepada hubungan sosial
dengan orang-orang terdekatnya juga.
Penderita depresi akan merasa kesulitan dalam bekerja dengan
baik. Mereka juga menjauhi kegiatan sosial atau bahkan mengasingkan diri
sepenuhnya. Bahkan, depresi bisa membuat kita tidak bisa menikmati hobi atau
kegiatan yang sebelumnya disukai. Keluarga dan orang-orang terdekat cenderung
dijauhi.
Berikut ini adalah
gejala psikologis akibat depresi yang diderita:
- Selalu dibebani rasa bersalah
- · Merasa putus asa
- · Selalu merasa cemas
- · Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan
- · Mudah marah atau sensitif, serta mudah menangis
- · Perasaan khawatir yang berlebihan
- · Merasa sangat rendah diri
- · Kesulitan dalam mengambil keputusan
- · Pemikiran yang lambat
- · Tidak ada motivasi hidup dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan, serta berkeinginan untuk bunuh diri
- · Tidak bisa menikmati kebahagiaan hidup
Sedangkan gejala
fisik yang ditimbulkan depresi adalah:
· Rasa sakit atau nyeri tanpa alasan yang jelas
· Perubahan siklus menstruasi pada wanita
· Gangguan pola tidur
· Konstipasi
· Pergerakan tubuh dan cara bicara yang lebih lambat dari biasanya
· Tidak ada gairah seksual
· Sulit berkonsentrasi dan susah mengingat
· Kehilangan selera makan dan berat badan menurun
Pengaruh depresi
berbeda-beda. Berikut perbedaan pengaruh depresi berdasarkan jenis kelamin dan
usia penderita:
· Pria. Pada umumnya, gejala depresi yang dialami pria berbeda dari wanita. Pria biasanya akan merasa sangat lelah, frustasi, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap sesuatu yang pernah disukainya, serta kesulitan tidur.
· Anak. Anak yang mengalami depresi mungkin akan berpura-pura tidak sehat, menolak pergi ke sekolah, ingin selalu berdekatan dengan orang tuanya, atau bahkan khawatir orang tuanya akan meninggal. Karena perilaku normal pada setiap perkembangan anak berbeda, maka sangat sulit menilai apakah anak hanya rewel untuk sementara atau sedang menderita depresi.
· Remaja. Pada fase ini, biasanya seseorang sedang membentuk identitas diri yang terpisah dari orang tuanya. Remaja yang mengalami depresi biasanya akan merajuk, bermasalah di sekolah, merasa cemas, mengalami gangguan pola makan, mudah tersinggung, menggunakan zat terlarang atau mengonsumsi minuman beralkohol, serta merasa tidak dimengerti oleh orang lain. Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.
· Orang berusia lanjut. Depresi pada orang yang sudah berusia lanjut akan sulit untuk diamati, karena gejalanya berbeda dan tidak tampak dengan jelas. Ketika menderita depresi, orang berusia lanjut akan terlihat kelelahan, kesulitan tidur, menggerutu, dan mudah tersinggung.
Ada beberapa tipe
gangguan depresi yaitu:
Depresi perinatal, adalah depresi yang biasa terjadi pada wanita berkaitan dengan masa kehamilan dan setelah Hanya sebagian kecil wanita yang baru melahirkan mengalami depresi.
Depresi psikotik, depresi jenis akan terjadi saat seseorang sedang mengalami depresi parah ditambah menderita keadaan psikotik seperti mengalami delusi atau halusinasi.
Gangguan bipolar. Kondisi ini memang berbeda dengan depresi, namun penderita gangguan bipolar biasanya akan mengalami depresi selama beberapa waktu. Penderita bipolar bisa merasa sedih atau depresi pada tingkatan ekstrem. Sebaliknya, dia juga bisa merasa bahagia secara berlebihan.
Depresi mayor. Gejala depresi parah yang bisa mengganggu kemampuan penderita untuk bekerja, tidur, belajar, makan, dan menikmati hidup. Suatu episode yang dapat terjadi hanya sekali seumur hidup seseorang, namun orang lain bisa mengalami beberapa episode depresi tersebut.
Penyebab spesifik depresi tidak diketahui dan faktor pemicu munculnya depresi bisa berbeda-beda. Kombinasi beberapa faktor penyebab mengakibatkan munculnya depresi, antara lain genetik, biologis, lingkungan dan faktor psikologis. Depresi biasanya tidak disebabkan oleh satu kejadian saja
Depresi bisa terjadi pada usia berapa pun, tapi risiko
mengalami depresi meningkat seiring dengan usia.
Berikut ini adalah
beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya depresi:
Penyakit serius. Terkadang depresi muncul secara bersamaan atau sebagai reaksi dari penyakit yang serius. Beberapa penyakit kronis dan mengancam nyawa bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi. Contohnya HIV/AIDS, penyakit jantung koroner, diabetes, dan kanker.
· Kepribadian. Merasa rendah diri, terlalu keras dalam menilai diri sendiri, dan ketergantungan pada orang lain bisa berakibat kepada munculnya depresi. Kepribadian seperti ini bisa diturunkan dari orang tua. Pengalaman yang dialami dan cara asuhan orang tua juga berperan dalam kepribadian seseorang.
· Faktor keturunan atau riwayat kesehatan keluarga. Terdapat keluarga yang memiliki sejarah depresi, gangguan bipolar, kecanduan alkohol,dan kecenderungan bunuh diri bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.
· Setelah melahirkan. Perubahan hormon dan juga fisik pada wanita setelah melahirkan sangat berpengaruh dalam pola pikir wanita tersebut. Ditambah lagi, penambahan tanggung jawab serta kehidupan baru karena adanya sang bayi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi pascakelahiran.
· Minuman keras dan narkoba. Banyak orang berusaha melarikan diri dari permasalahannya dengan minum minuman beralkohol atau menggunakan narkoba. Justru, penting untuk diketahui bahwa minuman beralkohol dianggap sebagai obat depresan kuat, sehingga memicu dan memperparah depresi yang dialami.
· Obat-obatan tertentu. Beberapa obat-obatan bisa meningkatkan risiko Anda terkena depresi. Misalnya obat tidur, obat untuk hipertensi, obat untuk mengatasi jerawat, dan kortikosteroid. Tanyakan kepada dokter tentang efek samping obat-obatan dan jika ingin berhenti mengonsumsi obat, tanyakan pada dokter terlebih dahulu.
Sebelum menentukan langkah pengobatan, dokter akan
menanyakan beberapa hal tentang kondisi mental dan juga mengenai kondisi kesehatan
Anda secara umum. Dokter akan bertanya seputar gejala-gejala depresi yang Anda
alami dan menyelidiki apa saja pemicu-pemicunya. Selain konsultasi secara
lisan, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk memastikan bahwa gejala
yang terjadi adalah akibat depresi dan bukan masalah kesehatan seperti gangguan
keseimbangan hormon tiroid.
Terkadang, saat seseorang mengalami depresi, mereka sulit
membayangkan ada pengobatan yang bisa membantu. Pada kenyataannya, depresi akan
lebih mudah disembuhkan jika lebih cepat ditangani. Bersikaplah terbuka kepada
dokter Anda.
Penanganan yang dilakukan oleh dokter tergantung kepada
jenis dan penyebab depresi yang sedang diderita.
Penanganan Sendiri
Jika depresi tergolong ringan, yaitu depresi dengan
gejala-gejala yang tidak terlalu mengganggu rutinitas sehari-hari penderitanya,
penanganan sendiri bisa cukup efektif. Terdapat beberapa hal yang bisa
dilakukan sendiri untuk menangani depresi. Langkah-langkah yang bisa dijalankan
sendiri adalah:
Berolahraga. Kegiatan ini bisa membantu mengurangi gejala depresi. Lakukan olahraga seperti berjalan, berenang, lari, berkebun atau aktivitas fisik lainnya. Fungsi utama berolahraga adalah meningkatkan rasa kepercayaan diri dan mengurangi perasaan cemas serta sedih. Selain itu, olahraga juga mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang.
~ Tidur secukupnya. Tidur yang cukup juga sangat penting bagi kesehatan mental dan juga fisik.
Meditasi atau yoga. Kegiatan ini bisa membantu dalam hal relaksasi. Dengan belajar cara mengendalikan dan menenangkan pikiran, gejala depresi bisa menjadi lebih ringan.
~ Menghindari minuman beralkohol dan narkoba. Rokok, minuman beralkohol, maupun narkoba pada awalnya mungkin terlihat membantu, sebenarnya ini hanya akan menambah masalah untuk jangka panjang.
~ Komunitas pendukung. Membicarakan masalah Anda dengan sekelompok orang dengan pengalaman yang sama bisa mengurangi beban yang dirasakan. Anda bisa memulai dengan berbicara dengan teman atau keluarga terdekat. Cari tahu tentang kelompok pendukung di daerah Anda.
Psikoterapi
Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Diterapkan pada orang-orang yang tersandera oleh pola pikir tertentu yang merugikan mereka. Sebagai contoh, ada seorang wanita yang sangat tidak percaya diri dan tidak berani melakukan apa pun karena sejak kecil ibunya sering mengkritik. CBT akan membantunya untuk melepaskan diri dari pikiran dan perasaan negatif akibat hal tersebut dan menggantinya dengan respons positif seperti “saya wanita mandiri yang dapat mencapai apa pun yang saya inginkan.”
P roblem-Solving Therapy (PST)
PST bisa meningkatkan kemampuan penderita untuk menghadapi pengalaman yang membuatnya tertekan, khususnya bagi penderita depresi yang sudah tua. Penderita akan diminta untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan mendapatkan solusi-solusi realistis melalui proses yang bertahap.
Interpersonal Therapy (IPT)
Prinsip dasar IPT adalah bahwa meningkatkan pola komunikasi dan interaksi dengan orang lain yang dapat membantu meringankan depresi. IPT membantu menganalisis penyebab konflik dengan orang lain seperti pertengkaran dengan anggota keluarga atau konflik dengan rekan kerja.
Terapi Psikodinamis
Terapi ini membantu memahami bagaimana emosi memengaruhi perilaku pengidap depresi. Pasien akan dibantu untuk memahami dan mencari jalan keluar atas masalahnya.
Terapi Stimulasi Otak.
Jika pemberian obat-obatan tidak mengurangi gejala-gejala depresi, maka dokter bisa melakukan terapi elektrokonvulsif (ECT) pada penderita. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, ECT dapat membuat penderita depresi berat merasa lebih baik. Penderita tidak merasakan nyeri saat menjalani ECT, karena yang disalurkan pada otak adalah impuls elektrik, namun bisa menimbulkan efek samping seperti kebingungan, disorientasi dan hilang ingatan. Efek samping ini bisa hanya sebentar saja, atau bisa lebih lama.
Terapi-terapi di atas umumnya dilakukan oleh psikiater,
psikolog atau ahli terapis.
Obat-obatan yang Dipakai Untuk Mengatasi Depresi
Selain penanganan sendiri, depresi juga bisa ditangani
dengan obat-obatan. Terutama untuk kasus depresi yang lebih parah,
langkah-langkah di atas akan perlu ditunjang dengan obat-obatan berikut:
Penyakit depresi yang parah dan tidak ditangani dapat menyebabkan penderita kehilangan motivasi untuk hidup dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Usahakan untuk membicarakan masalah apa pun dengan orang-orang terdekat Anda atau dengan dokter. Kenali gejala-gejala depresi jika terjadi pada orang-orang di sekitar Anda. Makin cepat penanganan dan pengobatan yang dilakukan, maka peluang kesembuhan secara menyeluruh menjadi lebih tinggi.
Sumber : alodokter
Post a Comment